BERENANG - IMAM MURID
IMAM MURID - BERENANG
Saya masuk kedalam kelas dengan membawa kabar bahagia. Sebelum menyampaikannya kepada para murid, saya melempar beberapa senyum pada mereka agar mereka penasaran maksud dari senyuman itu.
"Kenapa Pak?" Tanya seorang murid
"Bapak punya kabar bahagia untuk kalian"
"Yee …. " seisi kelas jadi gaduh karena mendengar kabar bahagia itu, ada yang sampai pukul-pukul meja, ada yang sampai loncat-loncat dan ada yang sampai pukul-pukul orang yang loncat-loncat sambil marah-marah dengan bahasa sunda "diuk atuh maneh teh !" jika diterjemahkan kedalam bahasa inggris menjadi "you, shit down !" kurang lebih seperti itu.
"Kalau kalian masih berisik bapak ganti kabar bahagianya jadi kabar menyedihkan nih?" kata saya. Anak-anak diam semua.
"Bagus" kata saya
"Iya pak" kata seorang anak yang bernama Bagus.
"Bukan Bagus kamu, maksud bapak bagus ……ah sudahlah"
"Kabar baik yang ingin bapak sampaikan adalah, minggu depan kita berenang" kata saya menambahkan.
"Di Deri pak ?" Tanya seorang siswa
"Di sungai Amazon, nanti berenangnya dengan buaya"
"Haha .."
Anak-anak kemudian tertawa. Saya tidak karena belum ingin. "Iya kita berenang di Deri, kolam renang langganan kita, selain karena tempat itu murah, kolam berenangnya tidak ada hiu dan ikan piranha nya, kita berenang disana saja ya?" kata saya.
"Yaaaaaa" anak-anak begitu bahagia saat mendengar berenang, meski ada beberapa orang yang tidak bahagia karena tidak bisa berenang.
"Kaisar kamu bisa berenang?"
"Tidak pak"
"Bisa solat ?" Tanya saya lagi
“Bisa”
"Rajin solat ya, nanti kalau tenggelam berdoa saja sama Allah"
"Iya pak, haha"
"Nanti bapak ajarkan kalian berenang, bapak pernah jadi pelatih buaya, hiu, paus, putri duyung dan ikan-ikan lainnya, bapak juga pernah menyelamatkan bebek tenggelam”
"Haha" anak-anak tertawa saya tidak, masih belum ingin.
"Coba simak baik-baik jangan ngobrol karena bapak hanya akan menyampaikan berita ini satu kali, jadi tolong disimak baik-baik, siap ?"
"Siaaaappp !" jawab siswa kompak
"Bagi yang ingin berenang harus membayar sejuta" kata saya
"Haaaaahh"
"Mahal sekali pak ?"
"Iya, bayar sejuta kalau ingin kolam berenangnya pake air susu atau air zam-zam, Haha" kata saya tertawa dan anak-anak juga tertawa karena belum saya larang.
"Kita berangkat pukul, 08.00 WIB, pergi kesana dengan berjalan kaki"
"Apa pak ?" kata seorang anak memastikan apa yang sudah dibenarnya itu adalah kesalahan telinganya
"Jalan kaki, pake kaki mobil. (maksudnya ban)” saya tertawa anak-anak tidak. Ya Tuhan lawakan saya ternyata terlalu sulit di pahami.
"Bapak, alat yang harus dibawa apa ya ?" Tanya salah seorang murid yang dari tadi belum menulis apa-apa dibukunya.
"Pakaian ganti, makanan, kantong keresek, uang, kakak yang cantik kalau punya”
“Haha bapak jomblo”
“Hush ! bapak becanda”
“Tambahan ! Ingat jangan membawa barang berharga seperti, handphone, uang semiliar, kulkas, TV, Kipas Angin atau gajah, siap?"
"Siap!”
"Bagus" kata saya, syukurlah sekarang Bagus tidak menjawab ucapan saya.
Seminggu kemudian,
Saya pergi terlebih dahulu ketempat berenang karena naik motor, anak-anak naik angkot yang sudah di carter, keadaan kolam berenang masih sepi dan hanya ada penjaga yang terlihat seperti manusia padahal memang manusia dan dia berjenis kelamin wanita. Rambutnya panjang dan basah. Penjaga kolamnya baru, yes saya senang karena penjaga sebelumnya adalah seorang ibu-ibu tapi sekarang gadis muda dengan rambut yang basah dan make up yang secukupnya.
"Teh kolamnya sudah dikuras ?"
"Sudah" jawab si teteh penjaga yang sibuk dengan handphonenya
"Ini pintunya masih ditutup, boleh saya buka?" kata saya menunjuk pintu masuk kolam berenang
"Iya tinggal di tarik saja a"
"Gak apa-apa teh saya buka?" Tanya saya
"Gak apa-apa, sok aja" sok aja artinya silahkan
"Ah Engga ah teh, nggak enak sama teteh"
"Nggak apa-apa a, silahkan buka saja"
"Teh masuknya kaki kanan dulu ?" Tanya saya, dia diam, sepertinya kesal
"Assalamualaikum" si teteh masih saja diam, sibuk dengan HPnya. Saya berikan dia uang dan daftar nama siswa yang akan memasuki pintu kolam berenang.
"Teteh udah berenang teh, kok rambutnya basah ?"
"Oh, tadi udah mandi a" jawab si wanita itu santun
Beberapa menit kemudian anak-anak datang.
"Ayooo !! buat barisan seperti bebek. Buat dua baris yang tertib, kalau tidak tertib nanti bapak suruh kalian berenang di rumput.
“Haha”
Anak-anak berbaris dan si teteh penjaga beranjak dari tempat duduknya kemudian berdiri didekat saya untuk mulai menghitung jumlah anak agar tidak ada yang lebih atau kurang.
"Teh kenapa harus di hitung lagi ?"
"Standar proses nya a"
"Oh ia ya teh harus di periksa juga, siapa tau ada anak yang jatuh di angkot ya?" kata saya. si tetehnya tidak menanggapi
"Ayo anak-anak yang punya wudhu silahkan masuk" kata saya
"Kalau yang nggak punya Wudhu?" Tanya salah seorang anak
"Masuk juga"
"Haha"
Satu persatu anak masuk, saya masih berdiri didekat teteh penjaga kolam berenang.
"Pak Marwan!" kata saya memanggil guru olahraga yang sedang berjalan menuju kearah saya.
"kenalin ini teh ……" saya memperkenalkan teteh penjaga kolam yang namanya saja saya tidak tahu, saya menatapnya hingga dia bilang Susi.
"Oh ya, kenalin pak, ini teh Susi, dia perempuan dan sudah menikah"
"Belum a"
"Oh belum katanya pak"
Dengan tidak berlama-lama saya segera meninggalkan penjaga kolam berenang. Kemudian selesai ganti pakaian saya segera melakukan pemanasan.
Setelah selesai pemanasan, saya juga ikut berenang. Di kolam yang dangkal.
"Yu bapalapan, siapa yang terakhir sampai ujung itu juaranya" ajak saya dan yang berpartisipasi dengan saya sekitar 5 orang dan semuanya laki-laki.
“Ayo !”
“Yang juara nilai matematikanya 100”
“Yeess !”
“Siap ya ! kalau hitungannya sampai dua puluh kita mulai berenang!”
“Kelamaan !” anak-anak protes
“Eits, nggak boleh protes” kata saya dan anak-anak setuju.
“Siaaaapppp !!!!! hitung bergantian !” kata saya
“Siaaaapp !!!” kompak.
“satuuuuuuuuuuuuuuuu!!!!!!!” kata saya
“Duaaaaaaaaaaaaaaaaa” teriak anak-anak kompak
“Puluh …” kata saya yang langsung menyambung dan segera berenang menuju garis finish yang telah dijanjikan
“Juara !!!!!” kata saya setelah sampai finish.
“Bapak curang !”
“Curang? kan tadi bapak bilang kalau hitungannya sampai dua puluh kita mulai berenang! Coba bapak ulang… satu..dua…puluh…” tuh kan?”
Anak-anak tertawa, saya juga. Renang itu harus begitu ! jangan hanya gerak-gerak di air, tapi kita juga harus tertawa, harus bahagia, harus basah dan harus kram. Kalau cuman maen air dan basah-basahan, kucing tenggelampun bisa, kudanil juga bisa, Deni manusia ikan bisa, angota DPR juga bisa.
“Ganti permainan ! sekarang perlombaannya menahan nafas didalam air, peraturannya nanti di dalam air tidak boleh tidur, tidak boleh ngobrol, tidak boleh makan roti, tidak boleh memukul, dan mata harus di tutup”
“Ayoo !!!” jawab mereka kompak setelah mengetahui peraturannya begitu mudah untuk dilakukan.
“Siap, hitung mundur dari tiga ya?” kata saya
“Siaaaaap !!”
Hitungan mundur dimulai 3,2,1 ….
Semuanya memasukan kepalanya kedalam air, tentu saja saya tidak. Anak-anak lama sekali menahan nafasnya, saya harus memastikan bahwa salah mereka bernafas menggunakan paru-paru dan tidak memiliki insang. Beberapa menit kemudian satu persatu kembali bermunculan dari dalam air dengan waktu yang nyaris berdekatan.
"Bapak nggak ikut nyelam ya ?" kata Izal salah seorang anak yang bertanya
"Ia, tadi bapak nggak kuat ingin pipis. Jadi pipis deh disini"
"Ih …. "
"Haha becanda"
Saatnya mengajar ! main-mainnya udahan.
“Anak-anak ini namanya gaya dada” Anak memberikan tepuk tangan setelah selesai saya beri contoh.
“Ini namanya gaya bebas” Anak memberikan tepuk tangan setelah selesai saya beri contoh.
“Ini namanya gaya punggung” Anak memberikan tepuk tangan setelah selesai saya beri contoh.
Kemudian gaya terakhir saya bergerak asal-asalan seperti meronta-ronta didalam air, “ada yang tahu itu gaya apa?
“Gaya tenggelam pak !”
“Bukan, ini namanya Loba gaya!” loba gaya adalah kata yang sering digunakan kepada seseorang yang banyak tingkah.
Oh ya masih ada gerakan lainnya dan ini gerakan yang tidak boleh di tiru.
“Gaya anjing” kata saya
Anak-anak tertawa
“Gaya batu !”
“Babari !” (gampang)
Waktu sudah menunjukan pukul dua. Kulit sudah keriput karena terlalu lama berada di air. Semuanya segera bersiap-siap untuk pulang. Sebelum pulang saya harus memberikan sentuhan akhir. Dengan mengeluarkan 1 buah teh celup yang saya bawa dari warung Mak Imoet dan memasukkannya kedalam air kolam, tentu saja saya harus sangat berhati-hati melakukannya. Jangan sampai ada yang tahu kecuali Allah dan para malaikatnya yang mencatat. Ampuni keisengan ini.
Sukabumi, Agustus 2015